Saat ini, karbon biru masih menjadi isu yang hangat dan menjadi perhatian di Indonesia. Potensi alam Indonesia yang dapat menyimpan banyak karbon biru menjadi suatu hal yang harus dibanggakan. Selain hutan mangrove, ekosistem lamun juga diketahui dapat menjadi sumber penyimpanan karbon. Ekosistem lamun diketahui memanfaatkan karbondioksida (CO2) untuk fotosintesis dan menyimpannya dalam bentuk biomassa yang saat ini dikenal sebagai blue carbon.

Berangkat dalam hal tersebut, Fisheries Resource Center of Indonesia bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan GRID-Arendal dan didukung oleh Norad - Badan Kerja Sama Pembangunan Norwegia menyelenggarakan lokakarya “High Integrity Blue Carbon Market Technical Workshop”. Kegiatan ini diselenggarakan di Jakarta pada 11 - 14 Juni 2024. Lokakarya ini tidak hanya berjalan dalam ruangan saja, namun peserta juga diajak untuk melakukan praktek langsung di Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada 13 Juni 2024.

Peserta yang bergabung berasal dari pemerintah, LSM, dan mitra lainnya yang difasilitasi oleh pembicara Internasional. Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari ini terbagi dalam 3 topik utama, diantaranya yaitu:

1. Proyek berbasis masyarakat di pasar karbon biru

2. Tata kelola nasional untuk karbon biru berintegritas tinggi

3. Pemanfaatan nilai karbon lamun untuk mendukung pelaporan gas rumah kaca (GRK) nasional