Ditulis oleh Admin | 24 February 2023
0 Comments
Dalam rangka mendukung pengelolaan perikanan kakap dan kerapu supaya stok berkelanjutan dan sesuai dengan standar internasional untuk mendapatkan sertifikasi MSC, Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama dengan Forum Ilmiah Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan (FIP2B-NTB) mengadakan Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Pengelolaan Perikanan Kerapu dan Kakap Berkelanjutan di Provinsi NTB.
Kegiatan yang diadakan pada Rabu, 15 Februari 2023 di Hotel Santika, Mataram, NTB ini bertujuan memantau serta mengevaluasi capaian Rencana Aksi Pengelolaan Perikanan Kerapu dan Kakap Berkelanjutan (P2K2B) di Teluk Saleh, Teluk Cempi, Teluk Waworada, dan Perairan Sape serta memperoleh input dari seluruh pihak yang terlibat. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai instansi pemerintah, akademisi, kelompok nelayan, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan pihak-pihak terkait lainnya.
Dalam kesempatan ini, Kepala Dislutkan NTB Muslim, S.T., M.Si. menyampaikan pembukaan, dilanjutkan oleh pemaparan materi oleh Dr. Ferry Sutiyawan dari Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP mengenai Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Ikan Kakap dan Kerapu di WPPNRI 713 & 573 dan Ir. Sasi Rustandi, M.Si dari Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dislutkan NTB mengenai Kewenangan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut di WPPNRI 713 dan WPPNRI 573.
Intan Destianis Hartati dari FRCI mempresentasikan Rencana Aksi FIP Kakap dan Kerapu di Teluk Saleh (Dok: FRCI)
Selanjutnya, terdapat presentasi dari Dr. Soraya Gigentika dari FIP2B tentang Evaluasi Status Stok Perikanan Kerapu dan Kakap Tahun 2022, Intan Destianis Hartati dari Fisheries Resource Center of Indonesia (FRCI) mengenai Sosialisasi Rencana Aksi Program Perbaikan Perikanan (FIP) Teluk Saleh, dan Dr. M. Natsir dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tentang Strategi Pembangunan Kembali Stok Perikanan Kerapu-Kakap di Teluk Saleh.
Adapun hasil dari pertemuan ini adalah secara umum, panjang rata-rata ikan kerapu dan kakap yang tertangkap menurun di semua lokasi, beberapa spesies berada dalam kondisi over-exploited sehingga perlu diprioritaskan untuk perbaikan kondisi stok, dan data beberapa spesies masih minim sehingga belum dapat dianalisis.