Pari kekeh merupakan jenis pari yang memiliki morfologi mirip dengan hiu yang memiliki dua buah sirip dorsal. Seperti ikan hiu lainnya pari kekeh dimanfaatkan siripnya untuk ekspor, sedangkan bagian tubuh lain dikonsumsi oleh masyarakat lokal (Mutaqqin et al. 2018). Sirip pari kekeh memiliki nilai jual paling tinggi dibandingkan dengan jenis hiu dan pari lainnya yaitu sebesar US$ 964/kg atau sekitar Rp 13 juta/kg (Jabado 2019). Sehingga dijuluki  sebagai “the King of Shark Fin”. Nilai ekonomi pari kekeh yang tinggi sehingga pari kekeh memiliki ancaman eksploitasi berlebih dan dikhawatirkan populasinya semakin menurun.

Menurut Last et al. (2016), spesies pari kekeh yang pernah ditemukan di Indonesia sebanyak 5 spesies yaitu Rhynchobatus australiae, Rhynchobatus springeri, Rhina ancylostoma, Rhynchobatus palpebratus dan satu spesies diperkirakan telah punah yaitu Rhynchobatus cooki/Rhynchobatus compagnoi terakhir ditemukan pada tahun 1990an di Jakarta. Selain 5 spesies tersebut teridentifikasi satu spesies lainnya berdasarkan Teknik DNA Barcoding yaitu Rhynchobatus laevis (Simeon et al. 2019). Menurut Yuwandana et al. (2020), di Perairan Utara Jawa ditemukan 4 spesies pari kekeh yaitu Rhynchobatus australiae, Rhynchobatus springeri, Rhina ancylostoma, Rhynchobatus laevis dengan jumlah yang cukup banyak. Berdasarkan pendataan yang dilakukan Rekam Nusantara Foundation di Perairan Utara Jawa tahun 2019-2020 terdata ikan pari kekeh sebanyak 5.701 individu.